Review Materi 3 Game Level 11, Kuliah Bunda Sayang : Peran Orang Tua dalam Membangkitkan Fitrah Seksualitas

Tugas Tantangan Hari Kelima adalah membuat Review Materi yang dipresentasikan oleh Kelompok 3, yang mana saya menjadi salah satu anggotanya. Materi yang dibawakan adalah Peran Orang Tua dalam Membangkitkan Fitrah Seksualitas.

Sebelum masuk ke inti materi, saya bersama Mbak Amelia Aquareta, Mbak Ari Mustika dan Mbak Nurhamsia sepakat untuk sedikit mereview tentang pengertian Fitrah dan Seksualitas.

Jadi Apa itu Fitrah Seksualitas?

Ustadz Harry Santosa, seorang praktisi pendidikan anak dengan metode fitrah based education sekaligus sebagai founder Millenial Learning  Center dan komunitas HEbAT (Home Education Based on Akhlak and Tallent) melalui bukunya yang berjudul Fitrah Base Education menjelaskan 8 aspek fitrah yang dimiliki manusia. 

  1. Fitrah Keimanan
  2. Fitrah Bakat
  3. Fitrah Belajar & Bernalar
  4. Fitrah Perkembangan
  5. Fitrah Seksualitas & Cinta
  6. Fitrah Individual & Sosial
  7. Fitrah Estetika & Bahasa
  8. Fitrah Fisik & Indera

Fitrah Seksualitas merupakan salah satu fitrah manusia tentang bagaimana cara berfikir, merasa dan bersikap sesuai awal penciptaannya sebagai laki-laki ataupun perempuan.

Kemudian, Apakah Fitrah Seksualitas itu dapat tumbuh dengan sendirinya atau perlu dibangkitkan?

Fitrah Seksualitas perlu dibangkitkan melalui pendidikan fitrah seksualitas.

Ayah dan Bunda sama-sama berperan dalam membangkitkan fitrah seksualitas.

Apa maksud dari Pendidik Utama dan Pertama bagi Anak?

Maksud dari Figur Pendamping Anak sejak lahir sampai dengan Akil Baligh adalah tak hanya bertumbuh tinggi, perkembangan anak juga melibatkan sisi seksualitasnya.  Pertumbuhan seksualitas anak-anak juga dimulai sejak mereka masih bayi. Orang tua selalu ada ketika anak berproses mencapai kematangan akal dan fisik secara bersamaan.

Sayangnya, sebagian besar orangtua belum menganggap perkembangan seksual anak sebagai sesuatu yang penting. Orangtua justru menganggap hal-hal yang berbau seksual adalah hal yang tabu dan tidak layar dibahas bersama anak. Padahal, asalkan orangtua mengerti bagaimana tahapan perkembangan seksual mereka, orangtua pun bisa memberikan pendidikan seks terbaik sejak usia dini. Hal ini penting untuk mencegah mereka menjadi korban pelecehan seksual.

Usia 0 – 2 tahun: Sentuhan itu Bikin Nyaman

Bagi bayi usia 0 – 2 tahun, mereka menemukan sesuatu yang baru yang mereka peroleh dari sentuhan ibunya. Melalui sentuhan, pelukan, dan ciuman dari orangtua, bayi belajar tentang sentuhan yang bisa membuat mereka nyaman. Bagi bayi pada usia ini, sentuhan memberi arti yang penting

Usia 2 – 4 Tahun : Sadar Jenis Kelamin

Menginjak usia 2 – 4 tahun, mereka sudah mulai menyadari jenis kelamin mereka. Mereka sudah belajar mengenali bagian tubuhnya. Selain itu, mereka juga mulai penasaran dengan tubuh orang lain. Pada usia ini, ada yang dikenal sebagai fase phalic (phallic phase), di fase ini anak akan sering terlihat memegang kelaminnya, tetapi ini dilakukan tanpa orientasi seksual dalam pikiran anak. 

Anak Pra-Sekolah Usia 4 – 6 Tahun: Dari mana asal bayi?

Ketika anak sudah menginjak dunia pra-sekolah, pengetahuan mereka pun semakin luas. Mereka mengenal tubuhnya dan tubuh orang lain melalui bermain, misalnya main dokter-dokteran. Ketika anak-anak berusia 6 tahun, mereka mulai bisa membedakan perilaku anak laki-laki dan anak perempuan. Lalu, pada usia ini, anak-anak sering bertanya dari mana asal bayi.

Anak Usia Sekolah 7 – 10 Tahun: Kami berteman

Anak-anak sudah tahu darimana asal bayi, yaitu dari perut ibu. Pada usia ini juga, anak mulai belajar berfantasi. Anak-anak mungkin bisa jatuh cinta. Akan tetapi, yang paling penting bagi anak usia 7 – 9 tahun adalah pertemanan. Anak laki-laki dan anak perempuan sering bermain sendiri-sendiri atau terpisah. Bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan untuk mereka. Lalu, pada periode ini pula, anak sudah punya rasa malu ketika telanjang di hadapan orang.

Usia Puber 10 – 12 Tahun: Cinta dan Rasa Kurang Percaya Diri

Masa pubertas biasanya dimulai ketika anak berusia 10 – 15 tahun. Pada periode ini, ada perubahan drastis yang dialami anak-anak. Pada masa transisi menuju dewasa, anak-anak sering merasa kebingungan atau kurang percaya diri dengan tubuhnya. Di sisi lain, mereka sudah mulai jatuh cinta. Mencoba saling bersentuhan dengan lawan jenis bahkan sampai berciuman. Mereka juga mulai penasaran dan tertarik gambar berbau seksual. Pada masa ini, bimbingan seksual dari orangtua sangat diperlukan.

Usia Remaja 12 – 15 Tahun: Mulai merayu dan pacaran

Remaja pada usia ini berpikir seolah-olah mereka adalah orang dewasa. Mereka mulai berani menggoda lawan jenis, pacaran, dan melakukan kontak fisik. Kelompok usia ini sangat perlu diajari bagaimana cara berkomunikasi, berelasi, negosiasi, memahami keinginan diri, dan batas-batasnya. Rasa hormat dan menghargai menjadi hal yang penting untuk disampaikan pada mereka.

Pada usia ini, remaja juga sudah mulai aktif seksual sehingga sangat penting bagi mereka untuk belajar hal-hal tentang pentingnya membuat rencana masa depan, konsekuensi dan risiko hamil di usia dini, dan risiko terjangkit penyakit seksual menular. Penggunaan internet yang semakin tak berbatas juga mempengarugi perkembangan remaja pada masa kini.

Bagaimana dengan Peran Ayah dalam mendampingi perkembangan Anak?

Peran Ayah, sebagai pemimpin dalam keluarga. Peran yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang menjadi visi keluarga. 

Pemimpin adalah otak dari segala apa yang terjadi, sekaligus jantung yang memompa energi, dan hati yang menjadi sumber motivasi. Ketika visi otak tergambar kotak,maka tangan, kaki dan mulut akan berbentuk kotak. Ketika jantung lemas maka tangan, kaki dan mulut juga akan kehilangan tenaga. 

Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, bermain dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya. 

Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak anak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak lelakinya tatacara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki.

Lalu Apa Peran Ibu dalam mendampingi Perkembangan Anak?

Sebagai orang yang menghantarkan kita lahir ke dunia perannya dalam kehidupan tentu tidak diragukan lagi. Ibu ada sumber mata air terpenting yang mengalirkan ketenangan, kebahagiaan, dan kecintaan dalam keluarga. Seorang ibu merupakan sosok hidup dari nilai-nilai kelembutan, kejernihan, kasih sayang dan cinta. Seorang anak tentu memerlukan cinta dan belaian lembut penuh kasih. 

Seorang ibu akan membina anak-anaknya dengan benar serta senantiasa menebarkan kegembiraan di rumah. Ia akan berusaha memantau perubahan jasmani dan rohani anak-anaknya. Sosok ibu adalah sekolah untuk mencetak generasi. Ibu memang bukan kepala keluarga, tetapi ia adalah pilar tegaknya sebuah keluarga. 

Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan. 

Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.

Bagaimana bila terjadi hal yang tidak Ideal?

Anak-anak yang berada di kondisi tidak idel umumnya memiliki kecenderungan mengalami masalah dalam perkembangannya. Kecenderungan itu antara lain:

  • Berpotensi mengalami masalah intelektual yakni lemah berfikir sebab-akibat serta kesulitan dalam belajar
  • Berpotensi mengalami masalah emosional, yakni lemah dalam mengendalikan dorongan emosi, gangguan dalam berkomunikasi
  • Berpotensi mengalami masalah moral dan sosial, yakni kesulitan membedakan antara yang baik dengan yang buruk, melanggar aturan sosial, dan cenderung bersikap agresif.

Begitu Pentingnya Peran Ayah dan Ibu dalam Mendampingi Perkembangan Anak Sejak Lahir

Tugas orang tua sebenarnya cukup sederhana namun tidak mudah. Sederhana karena para ayah dan ibu hanya perlu menjaga fitrah anak, biarkan mereka tumbuh dengan fitrah yang sudah Allah _instal_ ke dalam diri anak dari sebelum mereka lahir, tidak mudah karena konsistensi orang tua diuji untuk menerapkan pendidikan berbasis fitrah yang tidak didapat pada pendidikan formal. 

Semoga kita dapat merenungi mendalam dan menerapkannya dalam pendidikan fitrah seksualitas anak anak kita, agar anak anak lelaki kita tumbuh menjadi lelaki dan ayah sejati, dan agar anak anak perempuan kita tumbuh menjadi perempuan dan ibu sejati.

Semoga kita menjadi orang tua yang selalu berproses menjadi lebih baik.

Sumber :

Berikut ini file Presentasi Kelompok 3, Peran Orang Tua dalam Membangkitkan Fitrah Seksualitas https://drive.google.com/open?id=1ntW2GS8NvOZzb0t9WHAUtmrr0NXn3iqb

Published by Arsita Rahadiyani

Ibu Pekerja di Ranah Domestik yang mudah bergaul. Saat ini sedang menemani suami tugas belajar di Negeri Sakura beserta dua orang putri. Menyukai hal baru dan tantangan. Ingin bisa menebarkan sedikit manfaat di lingkungan.

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started